Wednesday, March 3, 2010

short story by me..^^,


Aku berlari dengan luka dihatiku, diiringi dengan kegelisahan hatiku. Rasanya tak mau aku mencaci makinya hanya air mataku tak kuat untuk aku hentikan. Hatiku sulit untuk bersyukur, apalagi untuk mengucapkan rasanya tidak mampu untuk aku katakan. Perlahan kuhentikan langkah kakiku karna tak kuat untuk menahan rasa letih didadaku, nafasku mulai sesak dan saat kusadari aku berada dipinggir pantai, ya pantai ini selalu kudatangi hanya sekedar untuk melemparkan rasa kekesalanku. Pasir-pasir ini sering mendengarkan teriakanku yang begitu kencang sambil terisak-isak. Terkadang aku tidak mau menghapuskan air mata dengan tanganku, karna kurasa air mata ini tidak akan berhenti kecuali air mataku habis. Namun kerasnya tiupan angin terkadang mengeringkan air mata dipipiku.

Tuhan, untuk apa Kau ciptakan aku jika untuk sekedar meremukan hatiku?

Apakah Engkau tidak bosan mendengarkan keluhanku?

Lagi-lagi aku menangis dan menangis..!

tapi jika hidupku hanya seperti ini, ijinkan aku untuk melangkah mundur dari semuanya bahkan dunia ini.

Namun selalu saja, yang membuat aku bisa menerima ini karna Engkau tidak pernah berhenti memberikan kekuatan baru bahkan aku sangat merasakan Engkau ada dihatiku

Desa ini hanya ditempati oleh beberapa penduduk, ya inilah desa yang selalu kukelilingi karna segarnya udara ditempat ini, kejernihan air dapat kutemukan ditempat ini. Desa yang dekat dengan pantai terkadang membuatku selalu ingin berdiam disana. Desa ini sering kusebut desa "damai" walaupun sebenarnya nama dsa ini buka itu, karna sama seperti yang kuinginkan dengan hatiku yang selalu menginginkan kedamaian.

Lima tahun yang lalu keluargaku adalah keluarga yang terbengkalai, seringkali rumah itu menjadi pusat perhatian warga karna keributan yang dibuat anggota keluargaku. Aku ingat jelas disuatu siang ayahku datang dengan menangis karna perahunya terbawa ombak keras bahkan jalanya tak terlihat sedikitpun, malamnya ibuku marah-marah sambil melempar beberapa barang dirumah karna kekesalannya akibat tidak ada uang untuk menyediakan makanan kami untuk esok, kakakku sangat kesal dengan keadaan yang berulang-ulang seperti itu dan ia pun kabur dari rumah, bahkan satu tahun ia tidak pulang. Setelah beberapa bulan terdengar dari tetanggaku bahwa ia telah menikah. Adiku tiap hari hanya berkeliaran karna tidak ada kegiatan lainnya setelah ia putus sekolah kelas dua SD.

Ini hanyalah sedikit cerita dari keluargaku yang tidak bisa mengharapkan apa-apa, terkadang untuk bermimpi saja aku tidak berani.

Hari - hari itu rasanya benar-benar sering membuatku terpukul, seperti biasa aku berlari kepantai itu. Untuk pertamakalinya aku memberanikan diri untuk berlutut

Sambil terisak-isak sulit untuk aku berkata-kata, dan hampir setiap sore aku pergi kepantai itu untuk berdoa, karna aku ingat firmanNYA "jika kamu ingin berdoa, masuklah kamarmu dan kuncilah" namun dalam hatiku, rumahku tidak ada kamar satupun, bahkan aku tidak pernah menemukan kunci dirumahku, pantai ini tepat untuk menjadi tempat aku berdoa kataku.

Sepanjang tahun demi tahun aku setia dengan doaku, hingga disatu titik aku ingat satu hari yang tidak akan terlupakan dimana aku merasakan kehancuran hatiku. Saat itu aku tidak tahan menahan rasa kesedihanku tepat satu jam sepanjang aku berdoa aku merasakan sesuatu hilang dari sisiku, tapi aku tidak mengerti dan kataku “Tuhan, segalanya milikMU..ambilah apa yang ingin KAU ambil” Karna lelahnya aku menangis akhirnya aku tertidur dipantai itu. Dan pagi-pagi buta sekitar pukul dua subuh, aku mendengar teriakan, ternyata ibuku, ia menghampiri aku sambil menangis dan mengatakan bahwa ayahku telah meninggal pukul satu subuh tadi, tepat satu jam yang telah berlalu tadi.

Saat itu rasanya benar-benar hidupku sudah dititik ketidakmampuan, namun tersirat dalam benakku untuk aku mengajak ibuku berdoa untuk pemulihan keluargaku. Satu yang kuingat waktu itu, ibuku berkata "nak, ibu percaya bahwa doa kita tidak akan lenyap" langsung aku memeluk ibuku kuat sambil menangis, dan diakhir doa kami mendapatkan janjiNYA.

Tiga tahun akhirnya doa kami digenapi, kakakku pulang membawa istri dan satu anaknya, adiku kembali sekolah dengan hasil usaha ibuku dan kakakku, dan keluargaku menjadi berkat bagi warga dan setiap malam kami membuat mesbah doa, satu alkitab dirumahku menjadi lusuh karna seringnya kami bergantian untuk membacanya.

Aku mendapat beasiswa untuk sekolah dikota, singkat cerita aku memiliki orangtua asuh dan ia adalah seorang ibu yang takut akan Tuhan. Suatu hari, pagi-pagi ia berkata padaku "aku telah mendapat janjiNYA tadi malam, aku harus mendirikan sebuah gereja disebuah desa, namun aku tidak tahu dimanakah desa damai itu, apakah kau pernah mendengarnya?

Aku langsung memeluknya dan berkata "desaku adalah desa sukamulya namun aku sering menyebutnya desa "damai"..karna itu yang menjadi mimpiku sepanjang aku tinggal disana. Ia pun kaget dan ia hanya mengatakan “kehendak MUlah yang jadi”

Sejenak aku berkata “semua yang kita lakukan untuk Tuhan tidak akan sia-sia, asal saja kita SETIA..

dan mengejar janjiNYA” itulah bagian kalimat yang sering kutegaskan dalam khotbahku digereja itu.

No comments: