Thursday, April 22, 2010

"sicupu yang diam dipojok dengan tulisannya"


Dia hanyalah seorang yang culun yang selalu mengumpulkan tulisan-tulisannya dalam kotak rahasianya, perlahan ia selalu ingin tahu ‘apakah benar kemampuannya adalah menulis?’..namun setiap ia mencobanya selalu saja merasa tak mampu untuk menulis meski tangannya tidak berhenti menulis. Dan akhirnya ia memutuskan untuk bermimpi saja, mimpinya adalah menjadi seorang penulis, meski rasanya sangat pudar mimpi itu.

Dengan rasa malu-malu dan minder namun keberanianya lebih besar, perlahan ia mulai bercerita tentang kumpulan tulisan tersebut kepada siapapun yang ia jumpai, tidak peduli apa kata mereka. Hanya sedikit yang mengawali untuk memeberikan senyuman bagi kumpulan tulisan tersebut, namun ada juga yang tersenyum sinis dan tidak perduli dengan kumpulan tulisan itu. Sepanjang malam dihabisinya dengan merangkai mimpi, “andai suatu saat aku bisa bertemu dengan himpunan orang yang selalu menyisakan waktunya untuk menoreh kata-kata dalam tulisan”,,,layaknya apa yang kulakukan malam ini, namun siapakah mereka itu?

Mungkin terlalu besar dan jauh untuk bisa sampai pada titik kenyataan itu. Tapi apa mau dikata jika mimpi itu sudah begitu kuat tergores dalam pikirannya bahkan dalam hatinya, terlebih dalam doanya dan ini telah menjadi keputusannya. Hinaan orang terkadang membuatnya terpaksa menyediakan waktu untuk menangis, meski lagi-lagi ia menangis sambil menulis.

Sampai suatu malam ia berkata didepan cermin “aku bukan penulis…..!!” dengan keras ia ulangi kata-kata itu, “aku hanya orang cupu yang selalu diam dipojok ditemani sebuah pena diatas sebuah siratan tulisanku”.

Hari itu rasanya ia menyerah tentang mimpinya, karena sebuah puing untuk melompat tidak dapat ia temui.

“apakah aku akan selalu menjadi orang cupu yang diam dan terus menulis tanpa ada yang peduli dengan semua tulisanku?”.. katanya. “Entah aku membohongi diriku atau mendustai diriku sendiri, dengan keras lagi kukatakan..aku bukanlah penulis namun tetap akan menulis meski tak kutemui waktu untuk menulis…!”

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“penulis” tidak menuntut sebuah penghargaan dari mereka yang membacanya, namun menginginkan sebuah ketulusan dari mereka yang membaca setiap siratan tulisan yang tertumpah diatas carikan kertas dan dalam sebuah alunan urutan kata.

Ternyata sebenarnya sebuah predikat menjadi “penulis” tidak membutuhkan pengakuan dari orang-orang, dia hanya cukup konsisten dengan sebuah ketulusan dalam tulisan dan menghargai tulisannya sendiri.

Wednesday, April 14, 2010

bahagiaku..



Masa itu tidak akan hilang dalam siratan

Jauh ketempat yang pernah kau harapkan dulu

Aku menginginkanmu dengan diriku yang apa adanya

Tidak pernah lebih dari apa yang kurasakan hingga nanti kelak

Terlalu indah jika ini terjadi dan terlalu pahit jika ini terlewatkan

Engkau menungguku dengan setiamu tanpa rasa susah

Aku berlari dengan harapan yang kau berikan

Tidah sedih mungkin..

namun pahit jika kau tidak setia

Selami pekatnya keraguanku tanpa jawaban yang pasti

Kuambil berkas-berkas itu untuk kuingat lagi

Namun tiak perlu untuk aku mundur satu langkah pun bahkan jauh

Karena engkau ada didepan sana

Jenguk dan tegur rasaku ketika kuterdiam

Tidak kusediakan hitungan detik untuk rasa sedih

Karna engkau tak pernah menyediakannya

Mungkin saja aku menangis

Namun itu adalah tangis bahagiaku menemukanmu

Harapan dan angan-anganku begitu bercahaya dengan hadirmu

Sejak saat inilah hidupku menjadi nyata

Terlalu bangga dan hebat lukisan kasih itu

Takkan kudengar kata pisahmu untukku

Karena kau telah menciptakanku

Bagimu sang pencipta kasih

Friday, April 9, 2010

sesaat saja..







harus sebesar apakah kulukiskan mengenai kasihku..

harus sekeras apakah teriakku untuk menyatakan kasihku..

harus seberapa lamakah air mataku mengalir menangisimu..

harus sedalam apakah untuk mengubur kasihku..

harus sepahit apakah yang kau balas atas kasihku..

harus seperih apakah luka yang kau biarkan..

AKU TIDAK PERDULI...

aku akan tetap mengasihimu..

engkau kan tetap terucap dalam doaku..

pahit,benci,duka,kecewa kan kulupakan..

aku mengasihimu..

Tuesday, April 6, 2010

apa yang kuharapkan darinya..?

Satu ketika yang menjadi hari tidak kuduga sebelumnya, ia mulai menyapaku dan sapanya pun begitu indah ditelingaku. Banyak hal yang dia singkapkan lebih dari semua penilaian ku terhadapanya.
Terkadang persamaan membuatku semakin respect dengannya, namun aku ingin belajar mengenali setiap perbedaan antara aku dengannya. Namun, sepertinya rasa dihati sudah melebihi arti dari sebuah pertemanan. Sulit untuk aku membohongi perasaan dan pikiran yang berkali-kali memikirkannya.
Malam setelah perbincangan kami, aku hanya menatap pada cermin dan mencoba untuk berfikir bahwa aku tidak sedang mencintainya lebih, dan cukuplah perasaan ini sebagai teman. Rasanya terlalu perih jika aku melupakannya dan lebih perih jika aku terus memelihara perasaan yang lebih. Dan sepertinya semuanya hanya tergantung padaku. Disatu sisi aku merasa bahwa aku dapat memberikan kasih yang tulus untuknya, namun…..hhhhh..lagi-lagi sulit untuk menghentikan air mata yang mengalir.
Siang itupun datang, disebuah tempat dimana kita tidak berjanjian namun aku bertemu dengannya. Senyumnya yang tulus membuat saya ingin membalas dengan senyuman terlebarku, karena begitu senangnya. Namun yang terjadi sebaliknya, aku tidak melemparkan sedikit senyuman pun terhadapanya, karena alasan yang begitu kuat dihatiku..namun ini begitu cukup membuat aku menyesal. Beberapa jam kemudian, dia datang menghampiriku dan menyapa..dan lagi-lagi kataku dalam hati ‘Tuhan, tolong perasaanku ini..’ dan detik itupun aku hanya tersenyum biasa dan pergi untuk berbincang dengan teman yang lain.
Mungkin kamu berpikir, mengapa aku membohongi perasaanku sendiri. Atau bahkan kamu menyebutku “munafik” yah..terserah, kalau memang begitu, karena kamu tidak tahu alasan dalam hatiku.
Suatu malam yang kelam menghantarkan aku pada posisi sulit memejamkan mata dan berlari pada mimpi. Aku berkata dengan suara ragu dan gelisah ‘mengapa aku harus mencintainya?’ saya belajar mengungkapkan isi hati kepada Pencipta , dan aku berkata dalam kamar yang hening karena pekatnya malam dan akhirnya sebuah kalimat mengakhiri malam itu “saya tidak mencintainya”
Namun pagi yang datang lagi-lagi membuatku terdiam mengingat kalimat yang kuucapkan tadi malam. Suatu waktu aku datang kesebuah tempat, dan aku tahu dia pasti ada disana. Tetapi tujuanku bukanlah untuk menemuinya, karena aku memang memilki kepentingan ketempat itu. Tanpa disadari setelah urusanku sudah selesai, tetapi aku tetap duduk tenang ditempat itu, meski menit terus berlalu. Seharusnya aku langsung bergegas pulang dan melanjutkan aktivitasku diluar sana, tetapi lagi-lagi aku tidak bisa membohongi keinginanku untuk melihatnya. Pikirku “beberapa saat lagi dia akan lewat dihadapanku, dan pasti menyapaku”. Dan tepat setelah saya berpikir demikian, detik itu juga dia lewat dihadapanku, tapi lagi-lagi aku berlaga bodoh.. aku hanya melihat sepatunya karena kepalaku yang tertuduk, dan sebelum dia sempat menyapaku aku langsung bergegas pergi tanpa mendengar sapanya. Dimobil aku hanya terdiam dan memaksa diriku untuk tidak menangis, tetapi paksaan itu hanya berlaku lima menit saya dan air mata kembali mengalir.
Apakah yang kamu pkirkan mengenai perasaanku. Kamu cukup tidak mengerti mengenai sebuah perasaan yang tulus dan sulit untuk membuangnya. Tidak ada pertolongan dari seorang pun yang kuharapkan. Dan mungkin jika ini menjadi kisamu, kamu akan menjadi seorang yang “munafik” sepertiku. Mungkin…
Aku tau, hanya Pencipta dan diriku sendiri yang bisa melupakan perasaan ini. Seminggu berlalu dengan kebohonganku dihadapanya, namun baru kusadari begitu lelahnya aku dengan langkah kebohonganku. Dan satu janji akhirnya kumunculkan dalam hatiku bahwa “cukup sampai disini, aku tidak akan meneruskan perasaan ini..sebelum semuanya menjadi kehancuran.” Cukup berat namun ini menjadi yang terbaik untuk aku juga dia.
Dan malam yg hening menghantarkan air mataku untuk berkata kepada Penciptaku :
“Tuhan, tolong aku supaya mulai malam ini aku dapat memiliki perasaan sebagai teman saja kepadanya, dan biarkanlah dia bahagia dengan pasangannya yang sudah lama bersama denganya.”

Friday, April 2, 2010

anugrah yang menjatuhkan


Begitu keras untuk mendengar sebuah judul ‘anugrah yang menjatuhkan’, sebelumnya pun saya merasa enggan untuk menulisnya namun apa boleh buat jika beberapa alasan pada akhirnya membuat saya memutuskan untuk menulis hal ini.

Ini bukan sebuah tulisan yang akan menghakimi anda..tetapi saya berusaha semaksimal mungkin untuk kita sama-sama tersadar akan sebuah anugrah yang seharusnya tidak menjatuhkan kita. Beberapa orang telah mengalaminya secara sadar ataupun tidak.

Apakah anda pernah melihat seorang wanita yang secara fisik hampir sempurna, dia wanita yang cantik, kulitnya putih, matanya agak coklat dan badannya cukup tinggi, dan menurut saya itu adalah anugrah Tuhan untuk dia yang semestinya bisa menjadi mengeksplor diriny dengan cara menjadi model yang bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Namun jauh dari apa yang saya bayangkan, karena wajahnya yang cantik dan banyak orang yang ingin berkenalan dan dia tidak memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik yang pada akhirnya dia terjerumus dalam pergaulan bebas yang akhirnya membawa dia dalam keterpurukan.

Disatu sisi lain kita melihat seorang yang memilki suara sangat merdu, dan menurut saya itu adalah anugrah Tuhan untuk dia. Menurut pandangan saya, dia cukup memilki bakat untuk bisa jadi penyanyi dan bisa terkenal, namun apa yang terjadi..karena pikirannya yang dipenuhi materi dan kekayaan akhirnya hal itupun membuat dia hancur, dia menjadi penyanyi ditempat yang tidak sepantasnya.

Sesaat kemudian mungkin kita pernah melihat seseorang yang memilki banyak bakat, dan mungkin beberapa menjulukinya ‘multi talent’ dan jujur saya saya katakan, saya sangat menyukai orang-orang seperti ini. Menurut saya orang-orang seperti ini sangat begitu mudah menjadi inspirasi bagi orang lain dan bisa menjangkau disetiap bidang. Namun apa yang terjadi ketika mereka berkarya dan dipuji banyak orang dan memperoleh materi yang begitu banyak, yang akhirnya membuat mereka kehilangan arah dan mempergunakan karya mereka secara bebas tanpa melihat batas yang sebenarnya. Mungkin dimata mereka itu hal yang biasa, namun tidak bagi saya.

Saya sangat pernah menyadari hal ini, ketika saya menyadari bahwa prestasi saya cukup baik dan saya melihat pengajar yang bangga terhadap saya namun saya hanya membuat diri saya semakin tinggi bukan lagi Pencipta yang saya banggakan, ketika itu juga saya melihat kejatuhan prestasi saya dan melihat mata yang sinis mengarah pada saya.

Hal yang sangat memicu dan mendorong akan sebuah kejatuhan adalah keputusan anda untuk menjadi orang “sombong”. Seberapa sering kita menyadari bahwa kita hanyalah manusia biasa yang bisa menjadi besar hanya karena pertolongan Pencipta. Kesombongan adalah awal kejatuhan.

Apakah kita layak mengekspresikan anugrah dengan cara bebas tanpa aturan? Pikirkan mengenai orang disamping anda yang tidak memilki anugrah yang sama dengan anda. Anugrah apa yang anda saat ini anda lihat pada diri anda? Dan apa yang yang anda lakukan akan anugrah tersebut? Atau, apakah anda sedang berada dalam kejatuhan tersebut? Ingat, Pencipta ingin melihat kerendahan hati anda.

Mungkin anda hebat dalam hal-hal tertentu. Apakah anda hebat menyanyi, menari, bermain music, mendesain, bermain bola, menulis, menjahit, menciptakan lagu, berprestasi atau apapun itu, bahkan hal kecil..ingat itu adalah ‘anugrah’..dan jangan sampai ‘anugrah membawa kejatuhan’ pada diri anda.

Karena sebenarnya

‘anugrah yang menjatuhkan’

dimulai dari

‘anda menjatuhkan anugrah’

dengan cara

kesombongan.