Dia hanyalah seorang yang culun yang selalu mengumpulkan tulisan-tulisannya dalam kotak rahasianya, perlahan ia selalu ingin tahu ‘apakah benar kemampuannya adalah menulis?’..namun setiap ia mencobanya selalu saja merasa tak mampu untuk menulis meski tangannya tidak berhenti menulis. Dan akhirnya ia memutuskan untuk bermimpi saja, mimpinya adalah menjadi seorang penulis, meski rasanya sangat pudar mimpi itu.
Dengan rasa malu-malu dan minder namun keberanianya lebih besar, perlahan ia mulai bercerita tentang kumpulan tulisan tersebut kepada siapapun yang ia jumpai, tidak peduli apa kata mereka. Hanya sedikit yang mengawali untuk memeberikan senyuman bagi kumpulan tulisan tersebut, namun ada juga yang tersenyum sinis dan tidak perduli dengan kumpulan tulisan itu. Sepanjang malam dihabisinya dengan merangkai mimpi, “andai suatu saat aku bisa bertemu dengan himpunan orang yang selalu menyisakan waktunya untuk menoreh kata-kata dalam tulisan”,,,layaknya apa yang kulakukan malam ini, namun siapakah mereka itu?
Mungkin terlalu besar dan jauh untuk bisa sampai pada titik kenyataan itu. Tapi apa mau dikata jika mimpi itu sudah begitu kuat tergores dalam pikirannya bahkan dalam hatinya, terlebih dalam doanya dan ini telah menjadi keputusannya. Hinaan orang terkadang membuatnya terpaksa menyediakan waktu untuk menangis, meski lagi-lagi ia menangis sambil menulis.
Sampai suatu malam ia berkata didepan cermin “aku bukan penulis…..!!” dengan keras ia ulangi kata-kata itu, “aku hanya orang cupu yang selalu diam dipojok ditemani sebuah pena diatas sebuah siratan tulisanku”.
Hari itu rasanya ia menyerah tentang mimpinya, karena sebuah puing untuk melompat tidak dapat ia temui.
“apakah aku akan selalu menjadi orang cupu yang diam dan terus menulis tanpa ada yang peduli dengan semua tulisanku?”.. katanya. “Entah aku membohongi diriku atau mendustai diriku sendiri, dengan keras lagi kukatakan..aku bukanlah penulis namun tetap akan menulis meski tak kutemui waktu untuk menulis…!”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“penulis” tidak menuntut sebuah penghargaan dari mereka yang membacanya, namun menginginkan sebuah ketulusan dari mereka yang membaca setiap siratan tulisan yang tertumpah diatas carikan kertas dan dalam sebuah alunan urutan kata.
Ternyata sebenarnya sebuah predikat menjadi “penulis” tidak membutuhkan pengakuan dari orang-orang, dia hanya cukup konsisten dengan sebuah ketulusan dalam tulisan dan menghargai tulisannya sendiri.